tercantum tulisan indah,,
obat bisa menyembuhkan penyakit disaat seseorang sakit,
tapi jika tubuh sehat, tidak butuh obat, obat itu bisa menjadi racun,,,
kupikir cinta juga begitu,,
pertanyaan muncul.. benarkah????
jika cinta datang di waktu yang tepat, dan orang yang tepat, cinta bisa menjadi obat,
tapi jika sebaliknya,,, mmhh akan jadi racun bagi hati dan mengganggu metabolisme aktivitasmu setiap hari,,
ku buka lembaran berikutnya,,,
tertulis rapi dua kurva absorbsi obat dan kadarnya,
ternyata pemberian obat tidak boleh hingga mendekati Kadar Toksik karna bisa menyebabkan
keracunan bahkan kematian,,
mmhh anganku mulai melayang jauh..
apakah cinta juga begitu???
yang artinya cukup mencintai seperlunya saja jangan sampai melewati hingga over dosis....
membuka lagi lembaran lain..
pemberian obat bisa melalui berbagai rute, misalnya saja intravena, dan peritoneal yaitu melalui
pembuluh darah dan rongga perut, meskipun lebih cepat memberikan efek,
tapi efek nya juga lebih cepat menghilang..
bandingkan dengan pemberian melalui oral ( rongga mulut)
butuh waktu untuk memberikan efek, tapi efeknya juga tidak akan menghilang dengan cepat..
artinya,, tak ada bedanya dengan cinta,,,
butuh waktu untuk mengenal, dan memahami hingga hubungannya awet..
lembaran terakhir...
tertulis cara pembuatan emulsi, dimana mencampurkan air dan minyak,
bagaimana membuat keduanya tercampur dan stabil meskipun mempunyai sifat yang jauh berbeda???
di tambahkanlah emulgator (ex tween dan span ) untuk membantu menstabilkannya...
tapi tidak boleh di aduk terlalu homogen karna justru akan membuat air dan minya memisah..
mmhhh mungkin cinta begitu, anggaplah emulgator itu pengertian, memahami dan menerima apa adanya,
tidak sulit menyatukan 2 sifat yang berbeda,,,
meskipun butuh waktu...
jadi,,,
apakah mungkin cinta adalah aplikasi dalam dunia kefarmasianku,,,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar